BANYUWANGI - Kapal berbendera Thailand sandar di Pelabuhan Tanjungwangi, Banyuwangi. Kapal itu mengangkut 15 ribu ton beras impor asal Thailand yang hampir rampung dibongkar dan didistribusikan ke sejumlah wilayah kerja Bulog Banyuwangi. Beras impor ini diharapkan bisa menstabilkan harga beras dalam negeri yang tembus Rp 16.000/kg untuk kualitas standar dan Rp 20.000-Rp 21.000/kg untuk beras premium.
Pimpinan Bulog Banyuwangi Harisun mengatakan bahwa beras impor itu datang pada pertengahan Februari ini. Sebanyak 10 ribu ton telah dipindahkan ke gudang Bulog Banyuwangi, sisanya 5 ribu ton dijadwalkan selesai bongkar dalam tiga hari ke depan. Sebagian besar beras impor itu dikirim ke Nusa Tenggara Timur (NTT) yang saat ini mengalami kekurangan stok beras. "Instruksi dari pusat, sebanyak 13 ribu ton untuk NTT. Pengirimannya nanti bertahap, " kata Harisun, Rabu (21/02/2024).
Sementara, sebanyak 2 ribu ton beras impor sisanya akan disimpan di Gudang Bulog Banyuwangi sebagai cadangan. Bulog Banyuwangi juga tengah mengirim beras-beras yang tersimpan di gudang untuk sejumlah daerah di Indonesia Timur. Beras yang dikirim adalah stok beras impor yang telah datang tahun lalu. "Untuk beras impor, pada tahun lalu Banyuwangi kedatangan sekitar 9 kali. Dari Thailand dan Vietnam, " sambung dia.
Harisun juga membenarkan bahwa saat ini harga beras melambung hingga Rp 16.000-Rp 16.500/kg di tingkat pasar tradisional di Banyuwangi. Sementara untuk beras medium juga naik menjadi sekitar Rp 13.000-an/kg. Jauh lebih tinggi dari HET Rp 10.900/kg. "HET (Harga Eceran Tertinggi) di kami untuk beras premium Rp 13.900/kg, " katanya.
Menurut Harisun, penyebab utama kenaikan harga beras adalah mundurnya masa panen. Dari prediksi awal pertengahan Februari masa panen mundur menjadi sekitar pertengahan Maret. "Ini kendalanya memang pada musim panen yang ada kemunduran, " pungkasnya. (***)